Monday, May 26, 2008

Jembatan Ampera

Anda percaya jodoh blogger..? Semua orang pasti memiliki jodohnya masing - masing!Namun, tahukah anda bahwa Palembang , Musi ,dan Ampera itu jodoh..?


Ampera merupakan salah satu hal yang membuat Saya kagum terhadap kota Palembang. Tanpa Ampera, takkan hidup Palembang dan tanpa Ampera takkan indah Musi. Namun, tanpa Palembang juga takkan pernah ada Ampera dan Musi. Itulah sebabnya Palembang , Musi dan Ampera itu merupakan jodoh.

Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.

Struktur Jembatan Ampera
Panjang : 1.117 m (bagian tengah 71,90 m)
Lebar : 22 m
Tinggi : 11.5 m dari permukaan air
Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah
Jarak antara menara : 75 m
Berat : 944 ton

Sejarah Ampera
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara. Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Menunggu Wajah Baru Jembatan Ampera
Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.

Keistimewaan Ampera
Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.

Referensi Mengenai Jembatan Ampera
  1. "Dibiayai Jepang, Jembatan Ampera Dulu Bernama Bung Karno", Detik.com, 6 Agustus 2007. Diakses pada 15 September 2007.
  2. "33 Tahun Sudah Jembatan Ampera Tak Bisa Naik Turun Lagi", Kompas, 19 April 2003. Diakses pada 15 September 2007.
  3. "Pariwisata Palembang", bumisriwijaya.com. Diakses pada 15 September 2007.
  4. "Menunggu Wajah Baru Jembatan Ampera", Tempo, 31 Maret 2005. Diakses pada 15 September 2007.

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Ampera

0 komentar: